Rabu, 06 Juni 2012

Evaluasi Kemampuan Menyimak


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan berbahasa yang berupa memahami bahasa yang dihasilkan orang lain melalui sarana lisan (pendengaran) merupakan kegiatan yang paling pertama dilakukan manusia. Keadaan itu sudah terlihat sejak manusia masih bernama bayi. Bayi manusia yang belum mampu menghasilkan bahasa. Sudah akan terlihat dalam kegiatan mendengarkan dan usaha memahami bahasa orang-orang yang di sekitarnya. Dalam belajar bahasa (asing) pun kegiatan pertama yang dilakukan pelajar adalah menyimak bunyi-bunyi bahasa yang dipelajari, baik yang berupa ucapan langsung maupun melalui sarana rekaman.
Secara alami bahasa bersifat lisan dan terwujud dalam kegiatan berbicara dan memahami pembicaraan itu. Hal itu akan lebih nyata terlihat pada masyarakat bahasa yang belum mengenal sistem tulisan. Pada masyarakat bahasa modern pun (baca: yang telah memiliki sistem tulisan) dalam kehidupan sehari-harinya, kegiatan berbahasa secara lisan akan jauh lebih banyak daripada berbahasa tulis. Kenyataan itu dapat diartikan bahwa kemampuan berbahasa secara lisan lebih fungsional dalam kehidupan sehari-hari daripada kemampuan berbahasa tulis. Oleh karena itu, tes kemampuan berbahasa secara lisan dalam kaitan ini adalah kemampuan menyimak, perlu diberi perhatian secara memadai.
            Dalam pelaksanaan pengajaran di sekolah khususnya bahasa Indonesia pengajaran dan tes menyimak kurang dapat perhatian sebagaimana halnya keterampilan berbahasa yang lain. Belum tentu semua guru bahasa secara khusus mengajarkan   dan   sekaligus   menguji   kemampuan   menyimak  siswa  dalam  satu
periode tertentu khususnya pada tingkat SMA, walaupun sebenarnya kemampuan itu sangat diperlukan untuk mengikuti pelajaran berbagai mata pelajaran. Hal ini mungkin disebabkan para guru beranggapan bahwa dengan sendirinya siswa telah baik kemampuannya memahami bahasa lisan, atau karena menyusun atau mempersiapkan tes kemampuan menyimak memang tidak semudah dan sesederhana seperti halnya tes-tes kemampuan yang lain. Tegasnya, tes kemampuan menyimak memerlukan persiapan dari sarana yang telah khusus.
            Dengan mendasarkan diri pada berbagai pertimbangan, antara lain pertimbangan praktisan, tes kemampuan menyimak untuk siswa tingkat SMA ke bawah tidak perlu dilaksanakan dalam tes sumatif, melainkan tes formatif saja. Jadi ia dapat dipandang sebagai tes dalam proses, yaitu selama masih berlangsungnya proses pengajaran.  hal itu akan berbeda masalahnya dengan mahasiswa jurusan bahasa yang secara khusus menempuh mata kuliah komprehensif lisan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka makalah ini akan membahas mengenai evaluasi kemampuan menyimak sebagai salah satu tes formatif dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
B. Rumusan Masalah
                Rumusan masalah makalah ini adalah:
     Bagaimana evaluasi  kemampuan menyimak sabagai tes formatif dalam 
       pemebelajaran bahasa dan sastra Indonesia?”
C. Tujuan Penulisan
            Tujuan penulisan makalah ini,  diharapkan dapat:
“Menggugah kesadaran guru untuk melaksakan tes kemampuan  menyimak   
  sebagai tes formatif.”
D. Manfaat Penulisan
            Manfaat penulisan ini adalah:
    1. Manfaat Teoritis
         a. Sebagai bahan dan acuan tentang teori evaluasi  kemampuan menyimak          
         b. Menambah  pengetahuan  tentang  pentingnya  tes  kemampuan  menyimak.
    2. Manfaat Praktis
         “Bagi pengajar dapat dijadikan renungan dalam memberdayakan tes  
          kemampuan   menyimak   dan  mengevaluasi  tes   kemampuan   menyimak.”
        
BAB II
MASALAH DAN PEMBAHASAN
A. Evaluasi Kemampuan Menyimak
Aspek-aspek yang diukur dalam tes menyimak adalah hal-hal yang menjadi indikator keberhasilan menyimak adalah faktor keberhasilan berupa: bunyi-bunyi bahasa, makna kata, pemahaman kalimat. Faktor nonkebahasaan berupa pemahaman terhadap pesan yang disampaikan oleh pembicara. Di dalam isi pesan terdapat unsur sosial budaya yang harus dipahami oleh para penyimak.
Sasaran utama tes kemampuan menyimak adalah kemampuan peserta tes untuk memahami isi wacana yang dikomunikasikan secara lisan langsung oleh pembicara, atau sekedar rekaman audio atau video. Pemahaman itu dapat mengacu pada pemahaman secara umum seperti topik yang dibahas atau sekedar garis besar isinya, atau bagian–bagian yang lebih terinci termasuk pelaku, lokasi, waktu, dan beberapa aspek yang menonjol. Pemahaman lewat menyimak dapat pula berkaitan dengan hal–hal yang lebih mendalam sifatnya, yang tidak terbatas pada hal–hal yang secara tegas dan langsung terungkapkan. Pemahaman semacam itu hanya dapat diperoleh dengan menghubung-hubungkan bagian wacana tertentu, atau mengambil kesimpulan dan implikasi berdasarkan pemahaman terhadap bagian-bagian wacananya. Semua itu merupakan penjabaran dari apa yang seharusnya dipahami seseorang ketika menyimak suatu wacana yang dikomunikasikan secara lisan untuk didengarkan.
1.      Persiapan tes kemampuan menyimak
Sesuai dengan namanya tes kemampaun menyimak, bahan tes yang diajukan  disampaikan  secara  lisan  dan   diterima   siswa   melalui       sarana pendengaran. Masalah yang segera muncul adalah sarana apa yang harus dipergunakan, perlukah kita mempergunakan media rekaman atau langsung disampaikan (dibacakan) secara lisan oleh guru sewaktu tes itu berlangsung.  
2.      Bahan kebahasaan tes kemampuan menyimak
Kemampuan menyimak dapat diartikan sebagai kemampuan menangkap dan memahami bahasa lain. Oleh karena itu, bahan kebahasaan yang sesuai tentulah berupa wacana, berhubung sebuah wacana pastilah memuat informasi. Untuk tes kemampuan menyimak, pemilihan bahasan tes lebih ditekankan pada keadaan wacana, baik dilihat dari segi tingkat kesulitan, isi dan cakupan maupun jenis–jenis wacana.
a.      Tingkat kesulitan wacana
Tingkat kesulitan wacana terutama ditinjau dari faktor kosa kata dan struktur yang dipergunakan. Jika kosa kata yang dipergunakan sulit, bermakna ganda dan abstrak, jarang dipergunakan, ditambah lagi struktur kalimatnya yang kompleks, wacana tersebut termasuk wacana yang tinggi tingkat kesulitannya. Wacana yang baik untuk dipergunakan dalam tes kemampuan menyimak adalah wacana yang tidak terlalu sulit, atau sebaliknya terlalu mudah.
b.      Isi dan cakupan wacana
Isi dan cakupan wacana biasanya juga mempengaruhi tingkat kesulitan wacana, jika isi wacana itu tidak sesuai dengan minat dan kebutuhan, atau tidak sesuai pula dengan bidang yang dipelajari siswa, ia akan menambah tingkat kesulitan wacana yang bersangkutan.
Wacana yang akan diteskan hendaknya yang berisi hal-hal yang bersifat netral sehingga sangat dimungkinkan adanya kesamaan pandangan terhadap isi masalah itu. Sebaliknya, hendaklah menghindari wacana yang berisi suatu pandangan atau keyakinan golongan tertentu karena akan menimbulkan adanya perbedaan pendapat atau paling tidak lebih dari satu jawaban yang benar.
c.       Jenis-jenis wacana
            Adapun jenis–jenis dan atau bentuk wacana yang sering digunakan dalam tes kemampuan menyimak adalah sebagai berikut:
1)      Pertanyaan atau pernyataan yang singkat
Contoh:
            Rangsang yang diperdengarkan                     Jawaban dalam lembar tugas
Mengapa Anda datang terlambat                  1. (a) Tadi pagi
hari ini?                                                                (b) Tidak ada masalah
                                                                                         (c)  Ibuku datang
                                                                                         (d)  Beberapa jam lagi

 2)      Dialog,
Contoh:
Rangsang yang diperdengarkan
1.      Suara pertama (suara laki-laki)
Tin, saya dengar ibumu sakit. Maaf, ya, saya tidak dapat menengok. Tapi bagaimana keadaannya sekarang?
           
2.      Suara kedua (suara perempuan)
Sudah baik! Kemarin waktu pulang sekolah, saya cemas, jangan-jangan ibu  mengigau lagi. Eee, tak tahunya ibu sudah berhadapan dengan jahitannya lagi.
3.      Suara ketiga (perempuan)
Apakah pekerjaan ibu sehari-hari?
(a)   Berdagang
(b)   Memasak
(c)    Menjahit
(d)   Mengasuh adik
(e)   Mengigau

3)      Ceramah
Rangsangan yang diperdengarkan berupa ceramah selam lima sampai delapan menit. Selama mendengarkan ceramah siswa diperbolehkan membuat catatan-catatan yang dianggap penting. Setelah mendengarkan ceramah, siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disajikan secara tertulis dalam lembar tugas yang sengaja disediakan.
3. Tingkat tes kemampuan menyimak
Penyusunan tes kemapuan menyimak dicontohkan dalam tingkatan– tingkatan tes seperti:
a.   Tes kemampuan menyimak tingkat ingatan
b.      Tes kemampuan menyimak tingkat pemahaman
c.       Tes kemampuan menyimak tingkat penerapan, dan
d.      Tes kemampuan menyimak tingkat analisis
B. Penelaahan Butir Soal Alat Ukur Menyimak
            Format penelaahan soal ditentukan oleh badan Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengujian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1988.
            Adapun rincian aspek-aspek yang ditelaah sebagai berikut (Suryata: 57)
Penelaahan Soal
No.
Aspek yang Ditelaah
Ya
Tidak
I.
1.
2.
3.
4.
5.
Materi:
Soal sesuai tujuan
Soal sesuai lingkup materi
Kunci jawaban tepat
Pengeco logis
Sesuai dengan jenjang pendidikan


II.

6.
7.
8.

9.
10.
Konstruksi Soal:
Item
Singkat, jelas dan logis
Tidak mengarah ke kunci jawaban
Bebas ganda negative
Alternatif jawaban homogeny dari:
Segi materi
Struktur kalimat


III.
11.
12.
13.
Bahasa:
Baik dan benar
Mudah dipahami
Bebas pengulangan kata yang sama pada alternative jawaban



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Aspek-aspek yang diukur dalam tes menyimak adalah hal-hal yang menjadi indikator keberhasilan menyimak yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Sasaran utama tes kemampuan menyimak adalah kemampuan peserta tes untuk memahami isi wacana yang dikomunikasikan secara lisan langsung oleh pembicara, atau sekedar rekaman audio atau video.
            Dalam melaksanakan evaluasi kemampuan menyimak, guru perlu mempersiapkan secara khusus alat ukur yang akan digunakan, menyiapkan bahan kebahasaan tes kemampuan menyimak, dan mengidentifikasi tingkat tes kemampuan menyimak. Setelah melakukan hal-hal tersebut di atas, guru menelaah butir soal alat ukur menyimak untuk mengevaluasi ketepatan tes kemampuan menyimak tersebut.
B. Saran
Makalah yang berisi tentang evaluasi kemampuan menyimak ini, tentunya memberi suatu informasi bagi guru sebagai bahan pengetahuan melaksanakan tes kemampuan menyimak siswa untuk meningkatkan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komantarnya bossss