BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan berbahasa yang
berupa memahami bahasa yang dihasilkan orang lain melalui sarana lisan
(pendengaran) merupakan kegiatan yang paling pertama dilakukan manusia. Keadaan
itu sudah terlihat sejak manusia masih bernama bayi. Bayi manusia yang belum
mampu menghasilkan bahasa. Sudah akan terlihat dalam kegiatan mendengarkan dan
usaha memahami bahasa orang-orang yang di sekitarnya. Dalam belajar bahasa
(asing) pun kegiatan pertama yang dilakukan pelajar adalah menyimak bunyi-bunyi
bahasa yang dipelajari, baik yang berupa ucapan langsung maupun melalui sarana
rekaman.
Secara alami bahasa
bersifat lisan dan terwujud dalam kegiatan berbicara dan memahami pembicaraan
itu. Hal itu akan lebih nyata terlihat pada masyarakat bahasa yang belum
mengenal sistem tulisan. Pada masyarakat bahasa modern pun (baca: yang telah
memiliki sistem tulisan) dalam kehidupan sehari-harinya, kegiatan berbahasa
secara lisan akan jauh lebih banyak daripada berbahasa tulis. Kenyataan itu
dapat diartikan bahwa kemampuan berbahasa secara lisan lebih fungsional dalam
kehidupan sehari-hari daripada kemampuan berbahasa tulis. Oleh karena itu, tes
kemampuan berbahasa secara lisan dalam kaitan ini adalah kemampuan menyimak,
perlu diberi perhatian secara memadai.
Dalam
pelaksanaan pengajaran di sekolah khususnya bahasa Indonesia pengajaran dan tes
menyimak kurang dapat perhatian sebagaimana halnya keterampilan berbahasa yang
lain. Belum tentu semua guru bahasa secara khusus mengajarkan dan sekaligus menguji
kemampuan menyimak siswa dalam
satu
periode tertentu khususnya pada
tingkat SMA, walaupun sebenarnya kemampuan itu sangat diperlukan untuk
mengikuti pelajaran berbagai mata pelajaran. Hal ini mungkin disebabkan para
guru beranggapan bahwa dengan sendirinya siswa telah baik kemampuannya memahami
bahasa lisan, atau karena menyusun atau mempersiapkan tes kemampuan menyimak
memang tidak semudah dan sesederhana seperti halnya tes-tes kemampuan yang
lain. Tegasnya, tes kemampuan menyimak memerlukan persiapan dari sarana yang
telah khusus.
Dengan
mendasarkan diri pada berbagai pertimbangan, antara lain pertimbangan
praktisan, tes kemampuan menyimak untuk siswa tingkat SMA ke bawah tidak perlu
dilaksanakan dalam tes sumatif, melainkan tes formatif saja. Jadi ia dapat
dipandang sebagai tes dalam proses, yaitu selama masih berlangsungnya proses
pengajaran. hal itu akan berbeda
masalahnya dengan mahasiswa jurusan bahasa yang secara khusus menempuh mata
kuliah komprehensif lisan.
Berdasarkan hal tersebut
di atas, maka makalah ini akan membahas mengenai evaluasi kemampuan menyimak sebagai
salah satu tes formatif dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah:
“Bagaimana evaluasi
kemampuan menyimak sabagai tes formatif
dalam
pemebelajaran bahasa dan sastra Indonesia?”
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini, diharapkan dapat:
“Menggugah kesadaran
guru untuk melaksakan tes kemampuan menyimak
sebagai tes formatif.”
D. Manfaat Penulisan
Manfaat
penulisan ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan dan acuan tentang teori
evaluasi kemampuan menyimak
b. Menambah pengetahuan tentang
pentingnya tes kemampuan
menyimak.
2. Manfaat Praktis
“Bagi pengajar dapat dijadikan renungan dalam memberdayakan tes
kemampuan menyimak
dan mengevaluasi tes
kemampuan menyimak.”
BAB II
MASALAH DAN PEMBAHASAN
A. Evaluasi Kemampuan Menyimak
Aspek-aspek yang diukur
dalam tes menyimak adalah hal-hal yang menjadi indikator keberhasilan menyimak
adalah faktor keberhasilan berupa: bunyi-bunyi bahasa, makna kata, pemahaman
kalimat. Faktor nonkebahasaan berupa pemahaman terhadap pesan yang disampaikan
oleh pembicara. Di dalam isi pesan terdapat unsur sosial budaya yang harus
dipahami oleh para penyimak.
Sasaran utama tes
kemampuan menyimak adalah kemampuan peserta tes untuk memahami isi wacana yang
dikomunikasikan secara lisan langsung oleh pembicara, atau sekedar rekaman
audio atau video. Pemahaman itu dapat mengacu pada pemahaman secara umum
seperti topik yang dibahas atau sekedar garis besar isinya, atau bagian–bagian
yang lebih terinci termasuk pelaku, lokasi, waktu, dan beberapa aspek yang
menonjol. Pemahaman lewat menyimak dapat pula berkaitan dengan hal–hal yang
lebih mendalam sifatnya, yang tidak terbatas pada hal–hal yang secara tegas dan
langsung terungkapkan. Pemahaman semacam itu hanya dapat diperoleh dengan menghubung-hubungkan
bagian wacana tertentu, atau mengambil kesimpulan dan implikasi berdasarkan
pemahaman terhadap bagian-bagian wacananya. Semua itu merupakan penjabaran dari
apa yang seharusnya dipahami seseorang ketika menyimak suatu wacana yang
dikomunikasikan secara lisan untuk didengarkan.
1. Persiapan tes kemampuan menyimak
Sesuai
dengan namanya tes kemampaun menyimak, bahan tes yang diajukan disampaikan secara lisan
dan diterima siswa melalui sarana pendengaran. Masalah yang segera
muncul adalah sarana apa yang harus dipergunakan, perlukah kita mempergunakan
media rekaman atau langsung disampaikan (dibacakan) secara lisan oleh guru
sewaktu tes itu berlangsung.
2. Bahan kebahasaan tes kemampuan
menyimak
Kemampuan
menyimak dapat diartikan sebagai kemampuan menangkap dan memahami bahasa lain.
Oleh karena itu, bahan kebahasaan yang sesuai tentulah berupa wacana, berhubung
sebuah wacana pastilah memuat informasi. Untuk tes kemampuan menyimak,
pemilihan bahasan tes lebih ditekankan pada keadaan wacana, baik dilihat dari
segi tingkat kesulitan, isi dan cakupan maupun jenis–jenis wacana.
a.
Tingkat kesulitan wacana
Tingkat
kesulitan wacana terutama ditinjau dari faktor kosa kata dan struktur yang
dipergunakan. Jika kosa kata yang dipergunakan sulit, bermakna ganda dan
abstrak, jarang dipergunakan, ditambah lagi struktur kalimatnya yang kompleks,
wacana tersebut termasuk wacana yang tinggi tingkat kesulitannya. Wacana yang
baik untuk dipergunakan dalam tes kemampuan menyimak adalah wacana yang tidak
terlalu sulit, atau sebaliknya terlalu mudah.
b.
Isi dan cakupan wacana
Isi
dan cakupan wacana biasanya juga mempengaruhi tingkat kesulitan wacana, jika
isi wacana itu tidak sesuai dengan minat dan kebutuhan, atau tidak sesuai pula
dengan bidang yang dipelajari siswa, ia akan menambah tingkat kesulitan wacana
yang bersangkutan.
Wacana
yang akan diteskan hendaknya yang berisi hal-hal yang bersifat netral sehingga
sangat dimungkinkan adanya kesamaan pandangan terhadap isi masalah itu.
Sebaliknya, hendaklah menghindari wacana yang berisi suatu pandangan atau
keyakinan golongan tertentu karena akan menimbulkan adanya perbedaan pendapat
atau paling tidak lebih dari satu jawaban yang benar.
c. Jenis-jenis wacana
Adapun jenis–jenis dan atau bentuk wacana
yang sering digunakan dalam tes kemampuan menyimak adalah sebagai berikut:
1)
Pertanyaan
atau pernyataan yang singkat
Contoh:
Rangsang
yang diperdengarkan Jawaban
dalam lembar tugas
Mengapa
Anda datang terlambat 1. (a) Tadi pagi
hari
ini? (b)
Tidak ada masalah
(c)
Ibuku datang
(d) Beberapa jam lagi
Contoh:
Rangsang
yang diperdengarkan
1. Suara pertama (suara laki-laki)
Tin, saya dengar ibumu sakit. Maaf, ya, saya tidak
dapat menengok. Tapi bagaimana keadaannya sekarang?
2.
Suara kedua
(suara perempuan)
Sudah baik! Kemarin waktu pulang sekolah, saya cemas,
jangan-jangan ibu mengigau lagi. Eee,
tak tahunya ibu sudah berhadapan dengan jahitannya lagi.
3. Suara ketiga (perempuan)
Apakah
pekerjaan ibu sehari-hari?
(a) Berdagang
(b) Memasak
(c) Menjahit
(d) Mengasuh adik
(e) Mengigau
3)
Ceramah
Rangsangan
yang diperdengarkan berupa ceramah selam lima sampai delapan menit. Selama
mendengarkan ceramah siswa diperbolehkan membuat catatan-catatan yang dianggap
penting. Setelah mendengarkan ceramah, siswa diminta untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang disajikan secara tertulis dalam lembar tugas yang
sengaja disediakan.
3. Tingkat tes kemampuan menyimak
Penyusunan tes kemapuan menyimak dicontohkan
dalam tingkatan– tingkatan tes seperti:
a. Tes kemampuan menyimak tingkat ingatan
b. Tes kemampuan menyimak tingkat
pemahaman
c. Tes kemampuan menyimak tingkat
penerapan, dan
d. Tes kemampuan menyimak tingkat
analisis
B. Penelaahan Butir Soal Alat Ukur
Menyimak
Format
penelaahan soal ditentukan oleh badan Penelitian dan Pengembangan Sistem
Pengujian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1988.
Adapun
rincian aspek-aspek yang ditelaah sebagai berikut (Suryata: 57)
Penelaahan Soal
No.
|
Aspek yang Ditelaah
|
Ya
|
Tidak
|
I.
1.
2.
3.
4.
5.
|
Materi:
Soal sesuai tujuan
Soal sesuai lingkup
materi
Kunci jawaban tepat
Pengeco logis
Sesuai dengan jenjang
pendidikan
|
|
|
II.
6.
7.
8.
9.
10.
|
Konstruksi Soal:
Item
Singkat, jelas dan
logis
Tidak mengarah ke kunci
jawaban
Bebas ganda negative
Alternatif jawaban
homogeny dari:
Segi materi
Struktur kalimat
|
|
|
III.
11.
12.
13.
|
Bahasa:
Baik dan benar
Mudah dipahami
Bebas pengulangan kata
yang sama pada alternative jawaban
|
|
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Aspek-aspek
yang diukur dalam tes menyimak adalah hal-hal yang menjadi indikator
keberhasilan menyimak yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Sasaran utama
tes kemampuan menyimak adalah kemampuan peserta tes untuk memahami isi wacana
yang dikomunikasikan secara lisan langsung oleh pembicara, atau sekedar rekaman
audio atau video.
Dalam
melaksanakan evaluasi kemampuan menyimak, guru perlu mempersiapkan secara
khusus alat ukur yang akan digunakan, menyiapkan bahan kebahasaan tes kemampuan
menyimak, dan mengidentifikasi tingkat tes kemampuan menyimak. Setelah
melakukan hal-hal tersebut di atas, guru menelaah butir soal alat ukur menyimak
untuk mengevaluasi ketepatan tes kemampuan menyimak tersebut.
B. Saran
Makalah yang berisi
tentang evaluasi kemampuan menyimak ini, tentunya memberi suatu informasi bagi
guru sebagai bahan pengetahuan melaksanakan tes kemampuan menyimak siswa untuk meningkatkan
pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komantarnya bossss