BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbicara
adalah bentuk komunikasi verbal yang dilakukan oleh manusia dalam rangka
pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusunnya dalam pikiran. Berbicara
melibatkan aspek keterampilan berbicara, yaitu aspek lisan produktif. Dengan
kata lain berbicara merupakan suatu bentuk komunikasi lisan dengan menggunakan
bahasa lisan, teknik berbicara yang komunikatif, jelas, dan efektif dalam
pembelajaran yang terorganisir. Dalam proses belajar-mengajar setiap siswa
harus mengasah kemampuannya dalam berbicara karena setiap aktivitas belajar
mengajar memerlukan komunikasi yang baik antara guru dengan siswa, dan
antarsiswa. Kemampuan berbicara adalah suatu keterampilan mengungkapkan ide
atau gagasan secara lisan di depan khalayak yang dapat diamati dari segi
keaktifan seseorang dalam berbicara. Kemampuan berbicara adalah kemampuan
mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok
secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh.
Menurut Djago Tarigan
dkk (1998:34), menjelaskan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan
pesan melalui bahasa lisan.
Menurut Nuraeni (2002), “Berbicara adalah proses penyampaian informasi dari
pembicara kepada pendengar dengan tujuan terjadi perubahan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan pendengar sebagai akibat dari informasi yang diterimanya.”
Akan tetapi, berdasarkan pengalaman
empris di lapangan khususnya pada
siswa sekolah dasar diketahui bahwa kemampuan berbicara dalam proses pembelajaran masih rendah.
Hal ini diketahui pada saat siswa menyampaikan pesan/informasi yang bersumber
dari media dengan bahasa yang runtut, baik, dan benar. Isi pembicaraan yang
disampaikan oleh siswa tersebut kurang jelas. Siswa berbicara tersendat-sendat
sehingga isi pembicaraan menjadi tidak jelas. Ada pula di antara siswa yang
tidak mau berbicara di depan kelas. Selain itu, pada saat guru bertanya kepada
seluruh siswa, umumnya siswa lama sekali untuk menjawab pertanyaan guru.
Beberapa orang siswa ada yang tidak mau menjawab pertanyaan guru karena
takut jawabannya itu salah. Apalagi untuk berbicara di depan kelas, para siswa
belum menunjukkan keberanian.
Dari latar belakang di atas perlu dicari alternatif lain sebagai upaya
untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Hal ini mengingat pentingnya
pengajaran berbicara sebagai salah satu usaha meningkatkan kemampuan berbahasa
lisan di tingkat sekolah dasar, penulis menggunakan
teknik pengajaran berbicara yaitu teknik cerita berantai. Dipilihnya
teknik cerita berantai ini karena mampu mengajak siswa untuk berbicara. Dengan
teknik ini, siswa termotivasi untuk berbicara di depan kelas. Siswa dirangsang
untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Di samping itu,
diharapkan pula agar siswa mempunyai keberanian dalam berkomunikasi.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dari masalah
yang telah dibatasi di atas, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah
pengertian berbicara?
2.
Apa
saja yang menjadi unsur berbicara dan prosedur kegiatan berbicara?
3.
Bagaimanakah
konsep dasar berbicara?
4.
Apa
saja jenis-jenis berbicara?
5.
Bagaimanakah
penerapan teknik cerita berantai dilaksanakan dalam proses pembelajaran?
C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini sesuai dengan rumusan masalah diatas adalah:
1.
Untuk
mengetahui pengertian berbicara,
2.
Untuk
mengetahui menjadi unsur berbicara dan prosedur kegiatan berbicara,
3.
Untuk
mengetahui konsep dasar berbicara,
4.
Untuk
mengetahui jenis-jenis berbicara,
5.
Untuk
mengetahui penerapan teknik cerita berantai dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Berbicara
Beberapa pendapat tentang
pengertian berbicara antara lain:
1.
Menurut
Tarigan dalam Rangkasiwi (1987) berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Tujuan utama berbicara adalah
untuk berkomunikasi. Komunikasi dapat mempersatukan individu-individu ke dalam
kelompok-kelompok dengan jalan menyampaikan konsep-konsep umum, menciptakan
suatu kesatuan lambang-lambang yang membedakannya dari kelompok-kelompopk lain,
dan menetapkan suatu tindakan tersebut, serta tidak akan dapat bertahan lama
jika tidak masyarakat-masyarakat bahasa.
2.
Anton M. Moeliono dkk dalam Rangkasiwi
(1988) mengemukakan bahwa berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa,melahirkan
pendapat dengan perkataan.
3.
Djago Tarigan dkk (1998)
mengutarakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui
bahasa lisan.
4.
Colin (2010) mengemukakan pengertian berbicara
sebagai berikut:
a.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan,
dan perasaan.
b.
Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan
gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
sang pendengar atau penyimak.
c.
Berbicara adalah proses individu berkomunikasi dengan lingkungan
masyarakat untuk menyatakan diri sebagai anggota masyarakat.
d.
Berbicara adalah ekspresi kreatif yang dapat memanifestasikan
kepribadiannya yang tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka, tetapi
juga alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru.
e.
Berbicara ada!ah tingkah laku yang dipelajari di Iingkungan
keluarga, tetangga, dan lingkungan lainnya disekitar tempatnya hidup sebelum
masuk sekolah.
5.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa berbicara adalah kemampuan seseorang menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan dengan menggunakan
bahasa lisan.
2.
Unsur Dasar Berbicara dan Prosedur
Kegiatan Berbicara
Unsur Dasar Berbicara
Di dalam kegiatan berbicara terdapat lima unsur yang
terlibat yaitu:
a.
Pembicara,
b. Isi
pembicaraan,
c. Saluran,
d. Penyimak,
dan
e. Tanggapan
penyimak.
Prosedur
Kegiatan Berbicara
a. Memilih
pokok pembicaraan yang menarik hati.
b. Membatasi
pokok pembicaraan.
c. Mengumpulkan
bahan-bahan.
d. Menyusun
bahan (pendahuluan, isi, kemampuan)
3.
Konsep Dasar Berbicara
Kemampuan
berbicara siswa bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancar; sedang; gagap
atau kurang. Kenyataan tersebut sebaiknya dijadikan landasan berbicara di
sekolah. Pengajaran berbicara pun harus berlandaskan konsep dasar berbicara
sebagai sarana berkomunikasi.
Konsep dasar
berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal, yakni:
1.
Berbicara dan menyimak adalah suatu kegiatan
resiprokal,
yaitu
berbicara dan menyimak berpadu dalam suatukegiatan resiprokal berganti
peran secara spontan, mudah, dan lancer dari pembicara jadi penyimak.
2.
Berbicara adalah proses individu berkomunikasi, yaitu berbicara ada kalanya
digunakan sebagai alat berkomunikasi dengan lingkungannya.
3.
Berbicara adalah ekspresi kreatif, yang dapat
memanifestasikan kepribadiannya yang tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide
belaka, tetapi juga alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru.
4.
Berbicara adalah tingkah laku, jadi keterampilannya
melalui meniru. Bila stimulasi bicara sejak awal kurang, tidak ada yang ditiru
maka akan menghambat kemampuan bicara dan bahasa pada anak.
5.
Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari,
6.
Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman,
7.
Berbicara sarana memperluas cakrawala,
8.
Kemampuan
linguistik dan lingkungan berkaitan erat,
9.
Berbicara adalah pancaran kepribadian. (Logan
dkk., 1972:104-105).
4.
Jenis-Jenis Berbicara
Bila diperhatikan
mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara
lain : diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah, dan
sebagainya.
Berdasarkan
pengamatan minimal ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasi
berbicara. Kelima landasan tersebut adalah :
(1)
situasi,
(2)
tujuan,
(3)
metode
penyampaian,
(4)
jumlah
penyimak, dan
(5)
peristiwa
khusus.
Mari kita
perbincangkan setiap landasan tersebut,
1)
Situasi
Aktivitas
berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan
lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat informal
atau tak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara
formal, sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara secara
tak formal pula. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan
dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Jenis-jenis
kegiatan berbicara informal meliputi :
(1)
tukar
pengalaman,
(2)
percakapan,
(3)
menyampaikan
berita,
(4)
menyampaikan
pengumuman,
(5)
bertelepon,
dan
(6)
memberi
petunjuk (Logan, dkk., 1972 : 108).
Sedangkan
kegiatan berbicara yang bersifat formal meliputi :
(1)
ceramah,
(2)
perencanaan
dan penilaian,
(3)
interview,
(4)
prosedur
parlementer, dan
(5)
bercerita
(Logan, dkk., 1972 : 116).
2)
Tujuan
Akhir
pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada umumnya tujuan
orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasi-kan, menstimulasikan,
meyakinkan, atau menggerakkan pendengarnya.
3)
Metode Penyampaian
Ada
empat cara yang bisa digunakan orang dalam menyampaikan pembicaraannya, antara
lain :
(1)
penyampaian
secara mendadak,
(2)
penyampaian
berdasarkan catatan kecil,
(3)
penyampaian
berdasarkan hafalan, dan
(4) penyampaian
berdasarkan naskah.
4)
Jumlah Penyimak
Komunikasi lisan
melibatkan dua pihak, pendengar dan pembicara. Jumlah peserta yang berfungsi
sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat bervariasi misalnya satu orang,
beberapa orang (kelompok kecil), dan banyak orang (kelompok besar).
5)
Peristiwa Khusus
Dalam
kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi berbagai kegiatan. Sebagian
dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus, istimewa, atau
spesifik. Contoh kegiatan khusus itu adalah ulang tahun, perpisahan,
perkenalan, pemberian hadiah. Berdasarkan peristiwa khusus itu berbicara atau
berpidato dapat digolongkan atas enam jenis,
(1) pidato
presentasi,
(2)
pidato
penyambutan,
(3)
pidato
perpisahan,
(4)
pidato
jamuan (makan malam),
(5)
pidato
perkenalan, dan
(6)
pidato
nominasi (mengunggulkan). (Logan dkk., 1972 : 127)
5.
Penerapan Teknik Cerita Berantai Dilaksanakan Dalam Proses Pembelajaran
Teknik cerita berantai bisa dimulai dari seorang
siswa yang menerima informasi dari guru, kemudian siswa tadi membisikkan
informasi itu kepada teman lain, dan teman yang telah menerima bisikan
meneruskannya kepada teman yang lain lagi. Begitulah seterusnya. Pada akhir
kegiatan akan dievaluasi, yaitu: siswa yang mana yang menerima informasi yang
benar atau salah. Siswa yang salah menerima informasi tentu akan salah pula
menyampaikan informasi kepada orang lain. Sebaliknya, bisa saja terjadi
informasi yang diterima oleh siswa itu benar tetapi mereka keliru
menyampaikannya kepada teman yang lain. Untuk itu, diperlukan pertimbangan yang
cukup bijak dari guru untuk menilai keberhasilan teknik cerita berantai ini.
Menurut Tarigan dalam Tarmizi (2009), “Penerapan teknik cerita berantai ini
dimaksudkan untuk membangkitkan keberanian siswa dalam berbicara. Jika siswa
telah menunjukkan keberanian, diharapkan kemampuan berbicaranya menjadi
meningkat.”
cerita berantai dapat diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
- Guru menyusun suatu cerita/pesan yang dituliskan dalam sehelai kertas.
- Cerita itu kemudian
dibaca dan dihapalkan oleh siswa.
- Siswa pertama
menceritakan cerita tersebut, tanpa melihat teks, kepada siswa kedua.
- Siswa kedua
menceritakan cerita itu kepada siswa ketiga.
- Siswa ketiga
menceritakan kembali cerita itu kepada siswa pertama.
- Sewaktu siswa ketiga
bercerita suaranya direkam.
- Guru menuliskan isi
rekaman siswa ketiga di papan tulis.
- Hasil rekaman
diperbandingkan dengan teks asli cerita.
Untuk menerapkan teknik cerita berantai diperlukan langkah-langkah sebagai
berikut:
- Guru menyiapkan
sehelai kertas yang bertuliskan pesan (kurang lebih tiga atau empat kalimat) yang akan disampaikan kepada siswa.
- Pesan yang hendak
disampaikan guru menyangkut kejadian-kejadian yang cukup menarik dan
berarti bagi siswa. Misalnya: cara meningkatkan hasil belajar, penerapan
disiplin diri, atau motivasi belajar.
- Siswa yang duduk di
depan menerima pesan dari guru dan meneruskannya kepada siswa yang duduk
di sebelahnya. Kegiatan ini dilakukan siswa di depan kelas sambil berdiri.
- Siswa yang telah
menerima pesan meneruskannya kembali kepada siswa lain. Kegiatan ini
dilakukan sampai pada tiga orang siswa saja. Kemudian siswa ketiga
menceritakan isi cerita kepada siswa pertama.
- Guru dan siswa
membandingkan isi cerita siswa pertama dengan ketiga.
Pembahasan Hasil
Penggunaan teknik cerita berantai
ternyata memberikan beberapa manfaat dalam meningkatkan keterampilan berbicara
siswa, antara lain:
- Pembelajaran
berlangsung lebih efektif.
- Keaktifan
siswa lebih meningkat.
- Terjadi
interaksi yang positif antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan
guru.
- Proses
pembelajaran berjalan lebih terarah dan lebih menarik.
Di samping manfaat di atas, penerapan
teknik cerita berantai menurut hasil temuan di lapangan memiliki beberapa
kendala dan hambatan, seperti:
- Waktu
yang tersedia masih kurang mencukupi.
- Memerlukan
kecermatan dalam memberikan penilaian.
- Kalimat
yang panjang lebih dari empat kalimat masih sulit untuk disimak.
Pembentukan kelompok dalam menerapkan
teknik cerita berantai dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk
berbicara dan sekaligus menyimak bahan pembicaraan. Pada waktu siswa
menyimak pesan, tampak siswa saling mengingatkan dengan sesama anggota
kelompok. Ini dilakukan agar siswa tidak keliru menyampaikan isi bahan
simakan. Fenomena ini membuat siswa harus dapat menyimak dengan teliti, sebab
siswa takut sekali akan membuat kesalahan dalam menyampaikan isi bahan simakan
pada saat ia disuruh untuk berbicara.
Kegiatan yang dilakukan guru ini
merupakan upaya guru untuk menarik perhatian, minat, dan motivasi siswa
sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan ketelitian siswa pada
waktu akan menyampaikan isi bahan simakan di depan kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komantarnya bossss