Selasa, 29 Mei 2012

Masalah Berbicara

BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Berbicara adalah bentuk komunikasi verbal yang dilakukan oleh manusia dalam rangka pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusunnya dalam pikiran. Berbicara melibatkan aspek keterampilan berbicara, yaitu aspek lisan produktif. Dengan kata lain berbicara merupakan suatu bentuk komunikasi lisan dengan menggunakan bahasa lisan, teknik berbicara yang komunikatif, jelas, dan efektif dalam pembelajaran yang terorganisir. Dalam proses belajar-mengajar setiap siswa harus mengasah kemampuannya dalam berbicara karena setiap aktivitas belajar mengajar memerlukan komunikasi yang baik antara guru dengan siswa, dan antarsiswa. Kemampuan berbicara adalah suatu keterampilan mengungkapkan ide atau gagasan secara lisan di depan khalayak yang dapat diamati dari segi keaktifan seseorang dalam berbicara. Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh.
Menurut Djago Tarigan dkk (1998:34), menjelaskan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.
Menurut Nuraeni (2002), “Berbicara adalah proses penyampaian informasi dari pembicara kepada pendengar dengan tujuan terjadi perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pendengar sebagai akibat dari informasi yang diterimanya.”
Akan tetapi, berdasarkan pengalaman empris di lapangan khususnya pada siswa sekolah dasar diketahui bahwa kemampuan berbicara dalam proses pembelajaran masih rendah. Hal ini diketahui pada saat siswa menyampaikan pesan/informasi yang bersumber dari media dengan bahasa yang runtut, baik, dan benar. Isi pembicaraan yang disampaikan oleh siswa tersebut kurang jelas. Siswa berbicara tersendat-sendat sehingga isi pembicaraan menjadi tidak jelas. Ada pula di antara siswa yang tidak mau berbicara di depan kelas. Selain itu, pada saat guru bertanya kepada seluruh siswa, umumnya siswa lama sekali untuk menjawab pertanyaan guru. Beberapa orang siswa ada yang  tidak mau menjawab pertanyaan guru karena takut jawabannya itu salah. Apalagi untuk berbicara di depan kelas, para siswa belum menunjukkan keberanian.
Dari latar belakang di atas perlu dicari alternatif lain sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Hal ini mengingat pentingnya pengajaran berbicara sebagai salah satu usaha meningkatkan kemampuan berbahasa lisan di tingkat sekolah dasar, penulis menggunakan teknik pengajaran berbicara yaitu teknik cerita berantai. Dipilihnya teknik cerita berantai ini karena mampu mengajak siswa untuk berbicara. Dengan teknik ini, siswa termotivasi untuk berbicara di depan kelas. Siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Di samping itu, diharapkan pula agar siswa mempunyai keberanian dalam berkomunikasi.
B.      RUMUSAN MASALAH

Dari masalah yang telah dibatasi di atas, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.             Apakah pengertian berbicara?
2.             Apa saja yang menjadi unsur berbicara dan prosedur kegiatan berbicara?
3.             Bagaimanakah konsep dasar berbicara?
4.             Apa saja jenis-jenis berbicara?
5.             Bagaimanakah penerapan teknik cerita berantai dilaksanakan dalam proses pembelajaran?
C.      TUJUAN
Tujuan dari makalah ini sesuai dengan rumusan masalah diatas  adalah:
1.             Untuk mengetahui pengertian berbicara,
2.             Untuk mengetahui menjadi unsur berbicara dan prosedur kegiatan berbicara,
3.             Untuk mengetahui konsep dasar berbicara,
4.             Untuk mengetahui jenis-jenis berbicara,
5.             Untuk mengetahui penerapan teknik cerita berantai dilaksanakan dalam proses pembelajaran.


BAB II
PEMBAHASAN
1.        Pengertian Berbicara
Beberapa pendapat tentang pengertian berbicara antara lain:
1.         Menurut Tarigan dalam Rangkasiwi (1987) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi dapat mempersatukan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok dengan jalan menyampaikan konsep-konsep umum, menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang yang membedakannya dari kelompok-kelompopk lain, dan menetapkan suatu tindakan tersebut, serta tidak akan dapat bertahan lama jika tidak masyarakat-masyarakat bahasa.
2.         Anton M. Moeliono dkk dalam Rangkasiwi (1988) mengemukakan bahwa berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa,melahirkan pendapat dengan perkataan.
3.         Djago Tarigan dkk (1998) mengutarakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.
4.         Colin  (2010) mengemukakan pengertian berbicara sebagai berikut:
a.        Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
b.        Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
c.         Berbicara adalah proses individu berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat untuk menyatakan diri sebagai anggota masyarakat.
d.        Berbicara adalah ekspresi kreatif yang dapat memanifestasikan kepribadiannya yang tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka, tetapi juga alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru.
e.        Berbicara ada!ah tingkah laku yang dipelajari di Iingkungan keluarga, tetangga, dan lingkungan lainnya disekitar tempatnya hidup sebelum masuk sekolah.
5.        Dari beberapa pendapat tersebut diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa berbicara adalah kemampuan seseorang menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan dengan menggunakan bahasa lisan.



2.        Unsur Dasar Berbicara dan Prosedur Kegiatan Berbicara
Unsur Dasar Berbicara
Di dalam kegiatan berbicara terdapat lima unsur yang terlibat yaitu:
a.       Pembicara,
b.      Isi pembicaraan,
c.       Saluran,
d.      Penyimak, dan
e.      Tanggapan penyimak.
Prosedur Kegiatan Berbicara
a.    Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati.
b.    Membatasi pokok pembicaraan.
c.    Mengumpulkan bahan-bahan.
d.    Menyusun bahan (pendahuluan, isi, kemampuan)
3.        Konsep Dasar Berbicara
Kemampuan berbicara siswa bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancar; sedang; gagap atau kurang. Kenyataan tersebut sebaiknya dijadikan landasan berbicara di sekolah. Pengajaran berbicara pun harus berlandaskan konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi.
Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal, yakni:



1.         Berbicara dan menyimak adalah suatu kegiatan resiprokal,
yaitu berbicara dan menyimak  berpadu dalam suatukegiatan resiprokal berganti peran secara  spontan, mudah, dan lancer dari pembicara jadi penyimak.
2.         Berbicara adalah proses individu berkomunikasi, yaitu  berbicara  ada kalanya digunakan sebagai alat berkomunikasi dengan lingkungannya.
3.         Berbicara adalah ekspresi kreatif, yang dapat memanifestasikan kepribadiannya yang tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka, tetapi juga alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru.
4.         Berbicara adalah tingkah laku, jadi keterampilannya melalui meniru. Bila stimulasi bicara sejak awal kurang, tidak ada yang ditiru maka akan menghambat kemampuan bicara dan bahasa pada anak.
5.         Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari,
6.         Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman,
7.         Berbicara sarana memperluas cakrawala,
8.          Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat,
9.         Berbicara adalah pancaran kepribadian. (Logan dkk., 1972:104-105).
4.        Jenis-Jenis Berbicara
Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain : diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah, dan sebagainya.
Berdasarkan pengamatan minimal ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasi berbicara. Kelima landasan tersebut adalah :
(1)     situasi,
(2)     tujuan,
(3)     metode penyampaian,
(4)     jumlah penyimak, dan
(5)     peristiwa khusus.
Mari kita perbincangkan setiap landasan tersebut,
1)        Situasi
Aktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat informal atau tak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara formal, sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara secara tak formal pula. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Jenis-jenis kegiatan berbicara informal meliputi :
(1)     tukar pengalaman,
(2)     percakapan,
(3)     menyampaikan berita,
(4)     menyampaikan pengumuman,
(5)     bertelepon, dan
(6)     memberi petunjuk (Logan, dkk., 1972 : 108).
Sedangkan kegiatan berbicara yang bersifat formal meliputi :
(1)     ceramah,
(2)     perencanaan dan penilaian,
(3)     interview,
(4)     prosedur parlementer, dan
(5)     bercerita (Logan, dkk., 1972 : 116).
 2)        Tujuan
Akhir pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada umumnya tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasi-kan, menstimulasikan, meyakinkan, atau menggerakkan pendengarnya.
3)        Metode Penyampaian
Ada empat cara yang bisa digunakan orang dalam menyampaikan pembicaraannya, antara lain :
(1)     penyampaian secara mendadak,
(2)     penyampaian berdasarkan catatan kecil,
(3)     penyampaian berdasarkan hafalan, dan
(4)     penyampaian berdasarkan naskah.
4)        Jumlah Penyimak
Komunikasi lisan melibatkan dua pihak, pendengar dan pembicara. Jumlah peserta yang berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat bervariasi misalnya satu orang, beberapa orang (kelompok kecil), dan banyak orang (kelompok besar).
5)        Peristiwa Khusus

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi berbagai kegiatan. Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus, istimewa, atau spesifik. Contoh kegiatan khusus itu adalah ulang tahun, perpisahan, perkenalan, pemberian hadiah. Berdasarkan peristiwa khusus itu berbicara atau berpidato dapat digolongkan atas enam jenis,
(1)     pidato presentasi,
(2)     pidato penyambutan,
(3)     pidato perpisahan,
(4)     pidato jamuan (makan malam),
(5)     pidato perkenalan, dan
(6)     pidato nominasi (mengunggulkan). (Logan dkk., 1972 : 127)
5.        Penerapan Teknik Cerita Berantai Dilaksanakan Dalam Proses Pembelajaran
Teknik cerita berantai bisa dimulai dari seorang siswa yang menerima informasi dari guru, kemudian siswa tadi membisikkan informasi itu kepada teman lain, dan teman yang telah menerima bisikan meneruskannya kepada teman yang lain lagi. Begitulah seterusnya. Pada akhir kegiatan akan dievaluasi, yaitu: siswa yang mana yang menerima informasi yang benar atau salah. Siswa yang salah menerima informasi tentu akan salah pula menyampaikan informasi kepada orang lain. Sebaliknya, bisa saja terjadi informasi yang diterima oleh siswa itu benar tetapi mereka keliru menyampaikannya kepada teman yang lain. Untuk itu, diperlukan pertimbangan yang cukup bijak dari guru untuk menilai keberhasilan teknik cerita berantai ini.
Menurut Tarigan dalam Tarmizi (2009), “Penerapan teknik cerita berantai ini dimaksudkan untuk membangkitkan keberanian siswa dalam berbicara. Jika siswa telah menunjukkan keberanian, diharapkan kemampuan berbicaranya menjadi meningkat.”
cerita berantai dapat diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
  1. Guru menyusun suatu cerita/pesan yang dituliskan dalam sehelai kertas.
  2. Cerita itu kemudian dibaca dan dihapalkan oleh siswa.
  3. Siswa pertama menceritakan cerita tersebut, tanpa melihat teks, kepada siswa kedua.
  4. Siswa kedua menceritakan cerita itu kepada siswa ketiga.
  5. Siswa ketiga menceritakan kembali cerita itu kepada siswa pertama.
  6. Sewaktu siswa ketiga bercerita suaranya direkam.
  7. Guru menuliskan isi rekaman siswa ketiga di papan tulis.
  8. Hasil rekaman diperbandingkan dengan teks asli cerita.
Untuk menerapkan teknik cerita berantai diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Guru menyiapkan sehelai kertas yang bertuliskan pesan (kurang lebih tiga atau empat kalimat) yang akan disampaikan kepada siswa.
  2. Pesan yang hendak disampaikan guru menyangkut kejadian-kejadian yang cukup menarik dan berarti bagi siswa. Misalnya: cara meningkatkan hasil belajar, penerapan disiplin diri, atau motivasi belajar.
  3. Siswa yang duduk di depan menerima pesan dari guru dan meneruskannya kepada siswa yang duduk di sebelahnya. Kegiatan ini dilakukan siswa di depan kelas sambil berdiri.
  4. Siswa yang telah menerima pesan meneruskannya kembali kepada siswa lain. Kegiatan ini dilakukan sampai pada tiga orang siswa saja.  Kemudian siswa ketiga menceritakan isi cerita kepada siswa pertama.
  5. Guru dan siswa membandingkan isi cerita siswa pertama dengan ketiga.
Pembahasan Hasil
Penggunaan teknik cerita berantai ternyata memberikan beberapa manfaat dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa,  antara lain:
  1. Pembelajaran berlangsung lebih efektif.
  2. Keaktifan siswa lebih meningkat.
  3. Terjadi interaksi yang positif antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru.
  4. Proses pembelajaran berjalan lebih terarah dan lebih menarik.
Di samping manfaat di atas, penerapan teknik cerita berantai menurut hasil temuan di lapangan memiliki beberapa kendala dan hambatan, seperti:
  1. Waktu yang tersedia masih kurang mencukupi.
  2. Memerlukan kecermatan dalam memberikan penilaian.
  3. Kalimat yang panjang lebih dari empat kalimat masih sulit untuk disimak.
Pembentukan kelompok dalam menerapkan teknik cerita berantai dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk  berbicara  dan sekaligus menyimak bahan pembicaraan. Pada waktu siswa menyimak pesan, tampak siswa saling mengingatkan dengan sesama anggota kelompok.  Ini dilakukan agar siswa tidak keliru menyampaikan isi bahan simakan. Fenomena ini membuat siswa harus dapat menyimak dengan teliti, sebab siswa takut sekali akan membuat kesalahan dalam menyampaikan isi bahan simakan pada saat ia disuruh untuk berbicara.
Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik perhatian, minat, dan motivasi siswa sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan ketelitian siswa pada waktu akan menyampaikan isi bahan simakan di depan kelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komantarnya bossss