Sabtu, 26 Mei 2012

Masalah (Pendidikan) Indonesia

KALAU ukuran keunggulan adalah jenggot, maka kambing menjadi pemenang (Pepatah Denmark)
LALU, apa sih ukuran (masalah keunggulan) pendidikan Indonesia?
Kesanggupan adalah kualitas nilai relatif dari alat (sarana) dikalikan ilmu pengetahuan dan dikalikan dengan motivasi (QZ, 2000). Pendidikan unggul (dipandang dari sisi pengelola) bila alat (sarana) belajar mengajar terbaik, materi ilmu pengetahuan diajarkan termaju, dan motivasi (gaji) mengajar sehingga sungguh-sungguh besar. Untuk mengukur keunggulan relatif suatu pendidikan formal seperti sekolah dan universitas atau pendidikan non formal seperti pelatihan dan seminar, bisa dengan mempertanyakan tiga unsur esensial yang saling tunjang berkaitan ini. Bangunan sekolah reot atau alat praktek tak ada, ilmu pengetahuan diajarkan ketinggalan, atau guru sering tidak masuk mengajar, semua pasti buruk hasilnya. Karenanya ada dana operasional memperbaiki (alat) sarana sekolah dan uji kompetensi (ilmu pengetahuan) untuk mendapatkan (motivasi) tunjangan sertifikasi.
Di Indonesia cukup banyak sekolah dan universitas masuk kriteria memiliki sarana bagus, kurikulum pelajaran mencontoh negara maju dan jumlah pengajar dengan gelar bergengsi lulusan luar negeri atau sekolah ternama (serta yang harus dibenahi juga cukup banyak), sehingga nampaknya pendidikan Indonesia sudah unggul. Namun dalam hal apa pun, termasuk pendidikan, ukuran keunggulan sesungguhnya adalah kualitas, bukan kuantitas. Jika hanya copy-paste ilmu pengetahuan dan teknologi dari negara atau pengajar lain kemudian diajarkan kembali, tidak mungkin unggul dibanding negara atau pengajar asalnya.
Contoh, Di akademi hasil penelitian S(trata)1 skripsi, S2 thesis dan S3 disertasi dianugerah gelar akademi. Kategori ukuran kualitas nilai disertasi yaitu (1) summa cum laude, jika penelitian menghasilkan (alat sistem ilmu pengetahuan) teori baru, (2) cum laude, jika mengoreksi teori atau pendapat orang lain, (3) sangat memuaskan, apabila melengkapi teori atau pendapat orang lain, dan (4) memuaskan, jika hanya membenarkan teori/pendapat orang lain. Artinya, (kuantitas) gelar itu penting, tetapi (kualitas) hasil penemuan jauh lebih penting. (Gelar berkenaan kehormatan, sedang hasil berkenaan penghargaan. Dan, mengenai gelar, jangan tersinggung bila ada bertanya: Apakah Anda summa cum laude?).
Sejarah membuktikan banyak orang yang berpengaruh besar bagi kemajuan dunia dengan keadaan sarana terbatas, merombak ilmu pengetahuan (dan teknologi) yang ada dan belajar sendiri. Kadang, mereka orang biasa dan tidak berpendidikan formal di bidang itu. Hanya saja dengan susah payah, kerja keras dan pantang menyerah. Intinya, tanpa ada milik (Indonesia) sendiri penemuan baru materi ajar paling unggul di bidangnya, tak akan pernah unggul dari yang lain. Ini yang susah dan harus dicari.
JADI, jelas ukuran (masalah keunggulan) pendidikan Indonesia? Dan, tinggal memilih ukuran penilaiannya saja!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komantarnya bossss